Sapi oh Sapi
Barusan saya lihat liputan tentang pembuaan keju di sebuah desa di Jawa Barat. Yang membuat saya tertarik, bukan keju-keju yang menggiurkan itu, melainkan sapi-sapi perah yang menghasilkan bahan baku keju tersebut.
Awalnya saya melihat para petugas pemerah sapi, gimana mereka memperlakukan sapi-sapi itu. Dimandiin. Dielus-elus. Diajak ngobrol. Disayang-sayang. Owh dan saya pun jadi berangan-angan (semoga tidak sampai terbang terlalu jauh).
Saya jadi sangat ingin bisa memelihara sapi. Saya pengen kasi nama ke sapinya, mandiin, ngajak curhat, ngelus-elus, ngasi makan, biar serasa kayak melihara beruang kutub. Haha. Apalagi perawakan sapi yang guendut itu, sangat menyenangkan buat ditonjok-tonjok (eh, engga ya?!).
Foto di atas adalah sapi perah. Bandingkan dengan foto beruang kutub dibawah. Hampir hampir sama kan ya.
Sementara yang satu ini, si Cantik yang pandai bergaya ala sapi.
Trus katanyah ni, ada penelitian yang membuktikan bahwa hasil perahan susu sapi akan berbeda kualitas dan kuantitas antara sapi yang dicuekin dengan yang diberi nama. Wow wow. Sapi yang memiliki nama akan menghasilkan perahan yang bagus dan lebih banyak. (sumbernya ini). Sapi aja perlu pendekatan secara personal, apalagi para manusia ya.
Trus katanyah ni, ada penelitian yang membuktikan bahwa hasil perahan susu sapi akan berbeda kualitas dan kuantitas antara sapi yang dicuekin dengan yang diberi nama. Wow wow. Sapi yang memiliki nama akan menghasilkan perahan yang bagus dan lebih banyak. (sumbernya ini). Sapi aja perlu pendekatan secara personal, apalagi para manusia ya.
So, selalu jaga hubungan personal dengan orang-orang disekeliling kita dan ayo kita kumpulkan uang buat beli sapi perah. Jangan lupa untuk memberinya NAMA!
Comments
Post a Comment